Pramoedya Ananta Toer : Gadis Pantai

    Author: Hery Amariansyah Genre: »
    Rating

    Mengerikan bapak, mengerikan kehidupan priyayi ini, seganas-ganas laut, dia lebih pemurah dari hati priyayi. Ah tidak, aku tak suka pada priyayi. Gedung-gedungnya yang beridinding batu itu neraka. Neraka. Neraka tanpa perasaan”
    -          Pramoedya Ananta toer
    Gadis Pantai sebuah roman yang tidak selesai. Roman ini merupakan trilogy yang tidak akan pernah selesai. Karena buku lanjutan Gadis Pantai raib ditelan keganasan kuasa. Ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, terakhir terbit pada September 2011 oleh penenerbit Lentera Dipantara, Jakarta Timur. Roman ini menceritakan kisah seorang gadis belia yang masih dibawah umur. Ia berasal dari keluarga nelayan dan kampung yang biasa ia sebut sebagai “kampung nelayan” sepenggal pantai keresidenan Jepara Rembang. Gadis Pantai merupakan bunga kam­­­pung yang cantik, lugu, dan cerdas. Paras cantik itulah yang menarik hati seorang pembesar atau priyayi pada masa itu, seorang “Bendoro” yang hendak menjadikannya sebagai istri percobaan atau biasa disebut “Mas Nganten” nya. Pada tahun pertama pernikahannya dengan Bendoro, ia sudah mulai terbiasa dengan segala aktifitasnya dirumah megah itu, dengan bantuan “bujang tua” seorang pembantu yang senantiasa menjaga dan membantunya sudah dianggapnya seperti sahabat. Sampai suatu ketika bujang tua harus rela meninggalkan Gadis Pantai sendiri karena ia diusir oleh Bendoro atas perilakunya yang berani menggugat “Agus-agus” sebutan dari anak laki-laki keturunan Bendoro yang juga tinggal dirumah Bendoro meskipun memang salah satu diantara Agus itu terbukti bersalah telah mengambil uang Gadis Pantai.

    Sepeninggal bujang tua itu, datang seorang utusan dari Demak bernama Mardinah yang akan menggantikan posisi si bujang tua. Kedatangannya tidak malah mengembalikan keceriaan Gadis Pantai. Kedatangan Mardinah malah mengancam keselamatan Gadis Pantai, Mardinah diutus untuk membunuh Gadis Pantai karena iming-iming akan dijadikan isteri kelima dari Bendoronya yang ada di Demak. Namun, usaha Mardinah gagal oleh warga kampung nelayan yang turut menjaga Gadis Pantai selama ia menengok orang tuanya di kampung. Beberapa hari setelah kepulangannya dari kampung nelayan ke rumah Bendoro, Gadis Pantai menyadari bahwa dirinya telah mengandung anak pertamanya dengan Bendoro. Dijaganya sang jabang bayi hingga sampai pada waktu ia harus melahirkan bayinya, seorang bayi perempuan. Tiga bulan usia bayi si Gadis Pantai. Namun, tak didapatinya juga kebahagiaan layaknya sebuah keluarga yang harmonis setelah dikaruniai seorang anak. Akan tetapi, kekuasaan Bendoro yang selama ini ia cintai mampu memisahkan Gadis Pantai dengan bayi perempuannya. Gadis Pantai diceraikan dan dikembalikan pada orang tuanya. Perasaan kalut segera menyelimuti Gadis Pantai apakah ia kembali kepada orang tuanya ataukah ia memilih untuk tetap tinggal di tempat yang tidak jauh dari anaknya hanya untuk sekedar mengawasi buah hatinya tumbuh dewasa. Sampai suatu ketika ia memutuskan untuk tidak kembali kepada orang tuanya, ia memutuskan untuk pergi mencari bujang tua seorang sahabatnya dulu. Dengan perasaan campur aduk ia memutuskan untuk tidak kembali lagi ke kampung halamannya “kampung nelayan”.
    §  Kelebihan buku ini adalah memberikan gambaran tentang kehidupan atau adat kejawen yang mungkin saat ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat. Beberapa istilah jawa yang tidak dapat di mengerti juga di berikan penjelasan pada foot note.
    §  Kekurangan dari buku ini adalah ending cerita pada buku ini tidak jelas mengenai kelanjutan hidup dari bekas seorang Mas Nganten Bendoro (gundik seorang pembesar).   
    *Anis_Vika_M
    sumber : http://fanatik-zone.blogspot.com/2014/05/resensi-buku-gadis-pantai.html#more

    Leave a Reply