Endang Moerdopo : Perempuan Kumala

    Author: Hery Amariansyah Genre: »
    Rating

    Siapa yang tak kenal dengan Kartini? Atau Cut Nyak Dien atau Dewi sartika. Semua kenal dengan sosok pahlawan  perempuan yang memperjuangkan emansipasi wanita baik lewat karya ataupun perjuangan nyata tersebut. Tapi kenalkah anda dengan sosok pahlawan perempuan dari daratan Nanggroe yang memimpin pasukan janda sebagai pasukan tempur melawan belanda yang di kepalai oleh Cornelis De Houtman yang akhirnya terbunuh oleh sosok laksamana laut pertama di dunia yaitu perempuan yang bernama Keumala Hayati.
    Dalam Novel karya Endang Moerdopo kelahiran Jawa seorang Jogja tulen yang berjudul Perempuan Keumala “Sebuah epos untuk nanggroe” yang di susun selama dua tahun. Penulis ini juga sempat menjabat Kepala Pengembangan dan Evaluasi Pusat Pembelajaran Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR).
    Awal mula diceritakan sosok remaja keumalahayati yang belajar di pendidikan militer di kutaraja. Bersama kawanannya kuemalahayati melewati suka dan duka di masa mudanya. Hingga bertemu dengan jodohnya yaitu Tuanku Mahmudin kakak tingkat di kelas pendidikan militer. Mahmudin saat itu sebagai panglima laot selat malaka yang juga sudah menjadi suami Keumala.
    Dengan pasukannya Mahmudin berperang bersama melawan Portugis di Laut Haru, Selat Malaka tak digambarkan detail. Tapi disitulah kisah hidup Keumala direkatkan pada jalan perang. Tuanku Mahmuddin shyahid meninggal saat membela Sultan. Keumalapun menjadi seorang janda. Seketika itu Sultan membebaskan Keumala dari duka, dia dinobatkan untuk mengganti suaminya sebagai Panglima Laot Selat Malaka karena menurut sultan tidak ada orang yang bisa di percaya lagi olehnya dalam kerajaan. Rasa iri muncul dari petinggi istana lainnya. Lalu kisah diceritakan sebagai konflik dalam kerajaan untuk merebut simpati sultan.

    Nanggroe adalah perang yang nyaris abadi sejak lama. Keumala menjadi kepercayaan sultan dan lahirlah Armada Inong Balee yang dipimpinnya sendiri. Pasukan berasal dari para janda yang suaminya meninggal bersama Mahmuddin. Jadilah Laksamana Keumalahayati sebagai perempuan perkasa yang memimpin perang, menghibur para janda, berlatih bersama, menghitung strategi sampai kepada mengirimkan mata-mata untuk menelusuri pedagang-pedagang curang di sepanjang Selat Malaka.
    Keumalahayati digambarkan sebagai sosok perempuan yang memiliki jiwa patriotis sebagai kaum yang turut membela tanah airnya dari ancaman-ancaman Negara asing maupun orang-orang kerajaan yang mementingkan keinginan pribadi demi memperkaya diri. Dari lain sisi Keumalahayati juga menjadi sosok yang lemah lembut menggambarkan sosok kodratinya sebagai perempuan dalam memimpin pasukan inong bale (janda). Dengan memberikan perhatian lebih bagi pasukan inong bale yang memiliki anak yang masih membutuhkan asupan ASI dengan memberikan keluangan waktu di saat ada pelatihan untuk meninggalkan barisan.
    Keumalahayati jelas bukan perempuan lemah, dalam catatan sejarah dialah yang berhasil membunuh Cornelis de Houtman–orang Belanda pertama yang menemukan jalur rempah-rempah dari Eropa ke Indonesia–dalam sebuah pertarungan satu lawan satu di atas geladak kapal, pada 11 September 1599.
    Namun, penempatan serdadu Belanda dan/atau Portugis sebagai sekadar antagonis, sebagaimana kelaziman dalam babad, hikayat, panji, dan bakaba, hanya ada dua pihak kalaulah tak putih berpihak pada sosok hero atau heroine, ya sosok hitam. Belanda bukan digambarkan secara imajinatif–melainkan dengan serta-merta dikalimatkan Endang sebagai bengis, congkak, dan semacamnya; sementara Bentana Lela, yang mengincar posisi Keumalahayati sebagai Laksamana Laut pengganti suaminya yang gugur melawan Portugis, sebagai pengkhianat; sejajar pula sematan predikat bagi Ibrahim Jaffar.

    Leave a Reply